Akhirnya Pertamina menanggapi tentang unggahan Sdr. Beldy Risyan Hukom tentang kurangnya takaran saat pembelian Pertamax di salah satu SPBU di wilayah Jakarta, ada 6 point yang dikeluarkan Pertamina terkait masalah ini, yaitu :
1. Pada hari Selasa (30/5) jam 15:30 Sdr. Beldy Riskan Hukom melakukan pembelian Pertamax di SPBU 34.106.04 di Jl. Bungur Jakarta pada nozzel 16,2 sebanyak 4 liter, namun setelah selesai dilakukan pengisian, Sdr. Beldy merasa takarnya kurang dari 4 liter.
2. Sdr. Bedly melakukan komplain ke operator lalu diarahkan kepada pengawas SPBU karena antrian cukup panjang.
3. Sdr. Beldy meminta kepada pengawas agar tankinya dikuras agar tangki BBM motor dikuras untuk mengetahui jumlah BBM yang diisi kedalam motor, pengurasan dilakukan manual dengan menyedot dengan selang hingga tersisa 1 bar atas permintaan Sdr. Beldy untuk disisakan seperti kondisi awal sebelum dilakukan pengisian, Kondisi BBM 1 bar ini tidak dapat dipastikan berapa liter BBM yang tersisa secara akurat, informasi jika kapasitas tangki kendaraan tsb adalah 6,6 Liter.
Artikel Lainnya :
Tanggapan :
Nah sebelum melanjutkan di point selanjutnya, menurut saya sebagai sesama konsumen, adalah hal wajar jika mengukur kondisi awal bensin dengan cara menguras dengan selang, karena hanya itu yang dapat dilakukan konsumen tanpa mengganggu aktifitas SPBU, Pertamina harusnya melihat bagaimana keadaan konsumen yang hanya ingin klarifikasi pembenaran, nanti kalo lebih dari itu ntar konsumen bisa dituntut macam-macam, sebagai konsumen ya cuman ingin haknya saja.
Sebagai pengawas SPBU juga gak serta merta menuruti apa yang disuruh Sdr. Beldy untuk menguras tangki, harusnya menuju ke mesin pengisian dengan gelas pengukur dan kemudian mengisi gelas pengukur tersebut dengan mesin yang sama/ nozzle yang sama saat pengisian motor sdr Beldy, wajar jika kalimat dari Pertamina mengatakan TERSISA TIDAK AKURAT, kalimat ini yang akhirnya membuat konsumen mau mengadu jadi males, karena keberpihakan Pertamina lebih kepada pembelaan kepada SPBU bukan kepada konsumen.
Tidak heran jika akhirnya konsumen bukan tidak mau melapor jika ada pelanggaran, namun lebih ke males, males karena percuma juga melapor kwatir malah berbalik dan diproses hukum karena pencemaran nama baik ke SPBU.
4. BBM yang dikuras kemudian ditampung di wadah dan dihitung menggunakan gelas ukur dan diperoleh volume 3 liter, setelah itu pengawas SPBU langsung menggati kekurangan dengan memberikan BBM pertamax kemasan, setelah mendapat penggantian Sdr. Beldy meninggalkan SPBU.
5. Setelah diperiksa oleh pihak Pertamina dengan mengecek keseluruhan Nozzle, mesin dispenser, CCTV dan laporan arus minyak SPBU, hasil menunjukkan seluruh Nozelle di SPBU memenuhi Standart toleransi Metrologi (0,5%) dan standart PARTI PAS (0,3%), selain itu tidak ditemukan adanya tanda-tanda modifikasi pada mesin dispenser dimana sebelumnya sudah di Tera oleh Dinas Metrologi.
6. Dari seluruh konsumen pengendara motor yang melakukan pengisian di SPBU tersebut, hanya Sdr. Beldy yang melakukan komplain, padahal semua prosedur pengisian BBM telah dilakukan sesuai standart kepada semua konsumen, tidak ditemukan indikasi kecurangan oleh pihak SPBU. Atas kejadian ini Pertamina menghimbau apabila ada keraguan dalam hal kepastian takaran, maka pengecekan yang dilakukan langsung dari dispencer ke Bejana Ukur yang telah di Tera Metrologi dan bukan dari Tangki BBM, apalagi BBM disedot secara manual.
Tanggapan :
Usaha-usaha Pertamina untuk meyakinkan konsumen terkait dengan takaran yang pas patut diacungkan jempol. Namun pada prakteknya di lapangan ada banyak pemilik SPBU dan pegawai yang mencurangi konsumen. Para konsumen yang kurang jeli melihat kecurangan itu terus-menerus akan mengalami kerugian di tengah harga BBM yang masih mahal di Indonesia. Konsumen sama sekali tidak bisa mendeteksi berapa nominal kecurangan setiap kali membeli BBM.
Sampai sekarang hampir semua kendaran di Indonesia baik roda dua maupun roda empat atau lebih masih belum ada alat akurat yang mampu menginformasikan kepada konsumen berapa liter lagi sisa BBM di dalam tangkinya. Saya tidak tahu apakah alat yang dimaksud sudah diproduksi pada mobil-mboil mewah. Jika ada alat tersebut, maka para konsumen dengan mudah bisa menghitung sisa BBM di tangkinya ditambah BBM yangbaru dibeli.
Maka hal satu-satunya yang dilakukan konsumen adalah memperhatikan argo di SPBU, membeli pada pagi hari atau malam hari, meminta kepada petugas untuk melepas nozzle saat membeli dan mengunci nozzle pada speed 1.
Keterangan :
Speed 1 : Kecepatan mengalir fluidanya rendah
Speed 2 : Kecepatan mengalir fluidanya sedang
Speed 3 : Kecepatan mengalirnya fluidanya tinggi
Sebagai konsumen tentu gak akan mengerti system pengisian di Pertamina, namun menilik kejadian di SPBU lainnya seperti yang sebelumnya terjadi DISINI (KLIK DISINI), maka sebagai konsumen tentu berharap akan kejujuran yang muncul dari dasar hati nurani bukan setelah ada protes dari konsumen.
Silahkan lihat video ini :
Baca artikel lainnya :
- Mpm Honda Jatim Gelar Cari Aman Skill Competition 2023
- New Honda PCX160 Hadir dengan Warna Terbaru
- Cari_Aman Menikung Kenali Tekniknya
- MPM Honda Jatim Tingkatkan Layanan Dengan Berikan Garansi Rangka 5 Tahun untuk Semua Model
- Jelang Akhir Tahun, New Honda ADV160 Hadir dengan Warna Baru
- Final Battle Honda Modif Contest 2023 Hadirkan Karya Terbaik dan Inspiratif
- Sebanyak 24.8 Ribu Bikers Padati Ajang Honda Bikers Day 2023 Rampal Malang
- Harga Jatim Rp 25,9 Juta, Suzuki Resmi Luncurkan Burgman Street 125 EX
- Honda Berikan Garansi Rangka 5 Tahun, Berlaku untuk Semua Model
- Blogger Jatim Live Streeaming & Drama Kekacauan Bus Di MotoGP Mandalika 2023 (Part 2)